Sebagai institusi yang berkomitmen mencetak tenaga ahli kesehatan mata tingkat dasar (Refraksionis Optisien), Akademi Refraksi Optisi (ARO) LEPRINDO memandang pentingnya edukasi mendalam mengenai penyakit mata yang menjadi penyebab utama gangguan penglihatan, salah satunya adalah Degenerasi Makula Terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD). Memahami penyakit ini adalah kunci bagi para profesional refraksi optisi dalam memberikan skrining awal dan edukasi yang tepat kepada masyarakat.
Degenerasi makula bukan sekadar masalah penglihatan buram biasa. Ini adalah kondisi progresif yang secara perlahan menyerang makula, area kecil namun vital di tengah retina yang bertanggung jawab atas penglihatan sentral yang tajam dan detail. Gangguan ini sering kali terjadi tanpa rasa sakit, namun dampaknya dapat menghancurkan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca, mengemudi, bahkan mengenali wajah.
Apa Sebenarnya Degenerasi Makula? Fungsi Makula dan Dampak Kerusakannya
Makula adalah bagian dari retina yang memiliki konsentrasi sel fotoreseptor (terutama sel kerucut) tertinggi. Fungsi utamanya adalah menangkap cahaya untuk memproses detail visual yang halus. Ketika makula mengalami degenerasi (penurunan fungsi) akibat kerusakan sel, khususnya yang berkaitan dengan proses penuaan, maka penglihatan sentral akan terganggu.
Gangguan ini menghasilkan titik buta (blind spot) atau area pandangan yang buram di tengah fokus penglihatan. Ironisnya, penglihatan tepi (perifer) seringkali tetap normal, membuat penderita kesulitan melakukan pekerjaan yang menuntut detail.
Dua Jenis Utama Degenerasi Makula (AMD)
Penyakit ini diklasifikasikan menjadi dua tipe utama, yang memengaruhi kecepatan perkembangan dan pilihan terapinya:
1. Degenerasi Makula Kering (Atrofik)
- Deskripsi: Ini adalah jenis AMD yang paling umum (sekitar 80–90% kasus). Ditandai dengan penumpukan endapan berwarna kuning yang disebut Drusen di bawah retina.
- Proses: Penumpukan drusen menyebabkan sel peka cahaya di makula perlahan menipis dan mati (atrofi).
- Perkembangan: Perkembangan penyakit berlangsung lambat, bertahap, dan memakan waktu bertahun-tahun.
2. Degenerasi Makula Basah (Eksudatif)
- Deskripsi: Meskipun lebih jarang, tipe ini jauh lebih parah dan progresifnya cepat.
- Proses: Ditandai dengan pertumbuhan pembuluh darah baru yang abnormal (neovaskularisasi koroidal) di bawah retina dan makula. Pembuluh darah baru ini rapuh dan mudah bocor, mengeluarkan cairan atau darah ke makula.
- Dampak: Kebocoran ini menyebabkan kerusakan parah dan pembentukan jaringan parut, mengakibatkan hilangnya penglihatan sentral secara tiba-tiba atau cepat.

Mengenali Gejala dan Faktor Risiko Degenerasi Makula
Deteksi dini sangat penting karena kerusakan makula, terutama pada tipe basah, dapat terjadi dengan cepat.
Gejala Utama yang Harus Diwaspadai
- Distorsi Garis Lurus (Metamorphopsia): Ini adalah gejala klasik. Garis lurus, seperti bingkai jendela atau tiang listrik, tampak bergelombang atau bengkok. Alat tes skrining utama yang digunakan Refraksionis Optisien untuk kondisi ini adalah Kisi Amsler.
- Penurunan Penglihatan Sentral: Sulit untuk fokus pada objek di tengah pandangan, misalnya kesulitan membaca tulisan berukuran normal atau mengenali wajah seseorang.
- Munculnya Titik Gelap/Buta: Adanya area kosong atau bintik hitam yang muncul di pusat penglihatan.
- Kesulitan Beradaptasi: Kesulitan beradaptasi saat berpindah dari ruangan terang ke ruangan yang lebih redup.
- Warna Terlihat Kurang Cerah: Penurunan kemampuan melihat kecerahan warna.
Faktor Risiko Utama (Etiologi)
Meskipun penyebab pasti AMD belum sepenuhnya diketahui, berbagai faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam peningkatan risiko:
- Usia (Faktor Paling Dominan): Risiko AMD meningkat drastis pada orang berusia di atas 50 tahun.
- Merokok: Perokok aktif memiliki risiko yang jauh lebih tinggi (bisa 2 hingga 4 kali lipat) untuk mengembangkan AMD.
- Genetik dan Riwayat Keluarga: Individu dengan anggota keluarga terdekat yang menderita AMD memiliki risiko yang lebih tinggi.
- Obesitas dan Gaya Hidup: Pola makan tinggi lemak jenuh dan kurangnya olahraga berkontribusi pada risiko.
- Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi): Kondisi ini terkait dengan peningkatan risiko perkembangan AMD.
- Paparan Sinar UV: Paparan sinar matahari langsung yang intens dalam jangka waktu lama tanpa perlindungan mata yang memadai (kacamata hitam UV) dapat meningkatkan risiko.
Peran dan Penanganan Degenerasi Makula
Perawatan AMD bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit, melindungi penglihatan yang tersisa, dan mengelola dampak yang ditimbulkannya.
1. Intervensi Gaya Hidup dan Suplemen (AMD Kering)
Untuk AMD tipe kering, yang perjalanannya lambat, penanganan awal berfokus pada perubahan gaya hidup.
- Nutrisi Khusus: Studi AREDS (Age-Related Eye Disease Study) menunjukkan bahwa suplementasi vitamin dan mineral tertentu dapat membantu memperlambat perkembangan AMD menengah ke tingkat lanjut. Suplemen ini umumnya mengandung kombinasi Vitamin C, Vitamin E, Lutein, Zeaxanthin, Zinc, dan Tembaga.
- Modifikasi Gaya Hidup: Berhenti merokok adalah prioritas utama. Menjaga berat badan ideal dan mengonsumsi makanan kaya antioksidan (sayuran hijau gelap, ikan) juga sangat dianjurkan.
- Pemeriksaan Rutin: Pemantauan mandiri menggunakan Kisi Amsler dan pemeriksaan mata rutin sangat penting, karena AMD kering bisa sewaktu-waktu berkembang menjadi tipe basah.
2. Terapi untuk Degenerasi Makula Basah
Karena sifatnya yang cepat merusak, AMD basah memerlukan intervensi medis invasif.
- Obat Anti-VEGF (Anti-Vascular Endothelial Growth Factor): Ini adalah pengobatan lini pertama. Obat disuntikkan langsung ke mata untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang menyebabkan kebocoran. Tujuannya adalah mengurangi pembengkakan dan memulihkan sedikit penglihatan.
- Terapi Laser: Dalam kasus tertentu, terapi fotokoagulasi laser atau Terapi Fotodinamik (PDT) dapat digunakan untuk menghancurkan atau mematikan pembuluh darah abnormal.
3. Peran Refraksionis Optisien (RO) Lulusan LEPRINDO
Di garda terdepan kesehatan mata, Refraksionis Optisien (RO) memiliki peran krusial dalam:
- Skrining Awal: Melakukan tes ketajaman penglihatan dan uji Grid Amsler sebagai skrining dasar. Jika ditemukan distorsi, RO harus segera merujuk pasien ke Dokter Mata (Oftalmologis).
- Koreksi Penglihatan: Membantu pasien dengan AMD yang masih memiliki sisa penglihatan sentral yang dapat dikoreksi, meskipun seringkali koreksi tidak sempurna.
- Bantuan Penglihatan Rendah (Low Vision Aid): Memberikan rekomendasi dan adaptasi alat bantu penglihatan khusus (low vision aids) seperti kacamata pembesar, teleskop, atau magnifier elektronik, yang dirancang untuk memaksimalkan sisa penglihatan tepi pasien.
Kesimpulan: Pentingnya Pencegahan dan Pemeriksaan Rutin
Degenerasi Makula adalah ancaman serius bagi kualitas hidup lansia. Pencegahan melalui gaya hidup sehat, perlindungan dari sinar matahari, dan berhenti merokok adalah tindakan yang paling efektif.
Yayasan LEPRINDO menekankan pentingnya pemeriksaan mata komprehensif secara rutin, terutama bagi individu di atas usia 50 tahun. Hanya melalui pemeriksaan rutin dan intervensi dini, perkembangan kerusakan makula dapat diperlambat, memastikan bahwa fungsi penglihatan sentral tetap terjaga selama mungkin.
Baca Juga: Low Vision: Inovasi Alat Bantu Penglihatan yang Mengembalikan Kemandirian Pasien


Recent Comments