Di tengah era digital yang menuntut penggunaan mata secara intensif, gangguan penglihatan menjadi isu kesehatan yang semakin relevan. Salah satu kelainan refraksi yang paling umum, selain rabun jauh (miopi) dan rabun dekat (hipermetropi), adalah Mata Silinder atau yang dikenal secara medis sebagai Astigmatisme.
Sering kali, kondisi ini tidak disadari atau diabaikan, padahal Astigmatisme dapat secara signifikan mengurangi kualitas penglihatan, menyebabkan sakit kepala, hingga memengaruhi performa akademik dan profesional.
Akademi Refraksi Optisi (ARO) Leprindo Jakarta, sebagai institusi pendidikan yang berfokus pada kesehatan penglihatan, berdedikasi untuk memberikan edukasi mendalam mengenai kondisi ini. Artikel informatif dan edukatif ini akan mengupas tuntas mengenai Astigmatisme, mulai dari penyebab fundamentalnya, gejala yang harus diwaspadai, hingga solusi koreksi terbaik yang tersedia saat ini.
Apa Itu Mata Silinder (Astigmatisme)?
Secara sederhana, Astigmatisme adalah kondisi di mana mata tidak dapat memfokuskan cahaya secara merata pada satu titik fokus di retina. Hal ini disebabkan oleh kelainan pada bentuk kornea (lapisan bening terluar mata) atau lensa mata.
Kornea yang Tidak Sempurna
Pada mata normal, kornea seharusnya memiliki bentuk lengkung yang simetris, menyerupai bola basket. Kornea yang sehat membiaskan cahaya secara merata ke segala arah, menghasilkan gambar yang fokus dan tajam di retina.
Sebaliknya, pada penderita Astigmatisme, kornea memiliki bentuk lengkung yang tidak rata atau asimetris, lebih menyerupai permukaan bola rugby atau sendok. Bentuk yang tidak rata ini menyebabkan cahaya yang masuk dibiaskan dan jatuh pada beberapa titik fokus yang berbeda, bukan hanya satu titik yang sempurna.
Jenis-Jenis Astigmatisme
Astigmatisme diklasifikasikan berdasarkan letak titik fokusnya terhadap retina:
- Miopik Astigmatisme: Satu atau kedua titik fokus jatuh di depan retina.
- Hipermetropik Astigmatisme: Satu atau kedua titik fokus jatuh di belakang retina.
- Astigmatisme Campuran (Mixed Astigmatism): Satu titik fokus jatuh di depan retina, dan titik fokus lainnya jatuh di belakang retina.

Kenali Gejala dan Tanda-Tanda Astigmatisme
Astigmatisme ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun pada tingkat sedang hingga parah, kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala Visual yang Dominan
- Penglihatan Buram atau Berbayang: Ini adalah gejala utama. Objek terlihat memanjang, miring, atau berbayang, baik pada jarak dekat maupun jauh. Penderita sering melihat huruf atau garis lurus tampak miring atau melengkung.
- Penglihatan Ganda (Diplopia): Terkadang terjadi, terutama saat melihat sumber cahaya terang di malam hari.
- Kesulitan Melihat Detail Halus: Kesulitan membaca teks kecil atau melihat detail gambar.
Gejala Non-Visual yang Menyertai
- Sakit Kepala Tegang: Terjadi akibat mata terus-menerus berusaha menyesuaikan fokus untuk mendapatkan citra yang jelas.
- Kecepatan Membaca Menurun: Anak-anak atau mahasiswa mungkin mengalami kesulitan mengikuti pelajaran karena mata cepat lelah saat membaca.
- Ketegangan Mata (Eye Strain): Mata terasa perih, lelah, dan cenderung menyipit (squinting) untuk mencoba mempertajam penglihatan.
- Sensitivitas terhadap Cahaya (Fotofobia): Terutama saat berkendara di malam hari, di mana cahaya lampu kendaraan lain tampak menyebar (glare) atau memiliki lingkaran cahaya (halo).
Penyebab dan Faktor Risiko Astigmatisme
Meskipun penyebab pasti bentuk kornea yang tidak sempurna belum sepenuhnya dipahami, sebagian besar kasus Astigmatisme dianggap sebagai kondisi bawaan (kongenital).
Faktor Genetik dan Perkembangan
- Bawaan Sejak Lahir: Sebagian besar orang terlahir dengan tingkat Astigmatisme yang ringan, yang mungkin tidak memerlukan koreksi. Kondisi ini cenderung stabil sepanjang hidup.
- Hereditas: Jika orang tua memiliki Astigmatisme, risiko anak untuk mengalaminya juga lebih tinggi.
Faktor Didapat (Acquired)
- Trauma Mata: Cedera serius pada mata dapat merusak bentuk kornea.
- Pembedahan Mata: Pembedahan, seperti operasi katarak atau transplantasi kornea, dapat mengubah lengkungan kornea.
- Keratokonus: Ini adalah kondisi langka di mana kornea menipis dan secara bertahap menonjol ke luar berbentuk kerucut. Ini menyebabkan Astigmatisme yang parah dan terus memburuk.
- Tekanan Mata Saat Menyipit: Meskipun menyipit (squinting) adalah upaya untuk memperbaiki penglihatan, tekanan yang berulang pada mata tidak menyebabkan Astigmatisme, namun dapat memperburuk gejala ketegangan mata.
Solusi Koreksi: Bagaimana ARO Leprindo Membantu?
Astigmatisme tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikoreksi secara efektif agar pasien dapat melihat dengan tajam dan nyaman. Tujuan koreksi adalah menyeimbangkan bias cahaya sehingga semua titik fokus kembali jatuh tepat pada retina.
1. Kacamata dengan Lensa Silinder (Toric Lens)
Ini adalah metode koreksi yang paling umum dan non-invasif.
- Prinsip Kerja: Lensa silinder, atau yang dikenal sebagai lensa Torik, memiliki kekuatan pembiasan yang berbeda pada meridian yang berbeda. Lensa ini berfungsi mengimbangi bentuk kornea yang tidak rata.
- Pentingnya Axis: Dalam resep kacamata untuk Astigmatisme, terdapat nilai Silinder (Cylinder) dan nilai Axis. Nilai Axis ($0^\circ$ hingga $180^\circ$) sangat krusial karena menunjukkan orientasi ketidakrataan kornea dan di mana kekuatan koreksi silinder harus diletakkan. Kesalahan pada penentuan Axis dapat menyebabkan penglihatan tetap buram dan pusing.
2. Lensa Kontak Torik
Bagi mereka yang tidak ingin menggunakan kacamata, lensa kontak Torik menjadi pilihan.
- Desain Khusus: Lensa kontak Torik memiliki desain unik yang membantu menjaga lensa tetap stabil pada sumbu yang benar di mata agar efek koreksi silinder dapat bekerja optimal.
- Jenis: Tersedia dalam opsi soft contact lens atau Rigid Gas Permeable (RGP) contact lens, di mana RGP sering kali memberikan ketajaman visual yang lebih baik untuk Astigmatisme yang parah.
3. Prosedur Bedah Refraktif (LASIK)
Untuk koreksi permanen, prosedur bedah refraktif seperti LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) dapat menjadi opsi.
- Cara Kerja: Prosedur ini menggunakan laser untuk secara permanen membentuk ulang lengkungan kornea, menjadikannya lebih bulat dan simetris, sehingga menghilangkan atau mengurangi Astigmatisme.
Pentingnya Pemeriksaan Refraksi di ARO Leprindo Jakarta
Kunci untuk penanganan Astigmatisme yang berhasil adalah diagnosis yang akurat. Proses pemeriksaan mata di ARO Leprindo Jakarta dilakukan oleh profesional terlatih (Refraksionis Optisien) dan melibatkan beberapa tahap:
- Uji Ketajaman Visual (Visual Acuity Test): Pengukuran dasar menggunakan Snellen chart.
- Keratometri: Pengukuran lengkungan kornea untuk menentukan tingkat dan sumbu Astigmatisme.
- Retinoskopi dan Uji Subjektif: Penentuan kekuatan lensa (Sferis, Silinder, dan Axis) yang paling akurat untuk pasien.
Kami mendorong setiap individu, terutama anak-anak usia sekolah, untuk menjalani pemeriksaan mata secara rutin. Astigmatisme adalah kondisi yang mudah dikoreksi, dan koreksi yang tepat waktu dapat mencegah kesulitan belajar, kecelakaan, serta meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
Penutup: Investasi Kesehatan Penglihatan
Mata adalah jendela dunia, dan menjaga kesehatannya adalah investasi jangka panjang. Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala penglihatan buram, sakit kepala berulang, atau penglihatan berbayang, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mata.
Akademi Refraksi Optisi Leprindo Jakarta berkomitmen untuk melahirkan para ahli yang mampu memberikan pelayanan pemeriksaan dan koreksi penglihatan dengan standar tertinggi. Dengan pemahaman yang tepat tentang Astigmatisme dan solusi koreksinya, kita dapat memastikan penglihatan yang jernih dan nyaman untuk semua.
Baca Juga: Rabun Jauh


Recent Comments